Jumat, 27 Juli 2012

MAHAR UANG KREASIKU

Tags

MAHAR UANG KREASIKU

Jauh sebelumnya aku sudah mengumpulkan uang kertas yang masih baru. Rencana untuk nikahan kakakku.
Alhamdulillah sekitar bulan Oktober 2011 kakakku sudah menemukan jodohnya. Dan tanggal 29 Desember 2011 adalah hari H pernikahannya.
Awal bulan Desember itulah aku mulai project baru yaitu membuat mahar uang lipat, waktu itu aku tidak punya design apapun. Yang ada dalam pikiranku cuma seikat bunga warna-warni.
Tapi nggak tahu ya …. malah jadinya serumpun bunga dalam pot. Alhamdulillah akhirnya jadi juga dan seperti ini gambarnya :


Uang kertas itu terdiri dari :
1.000  : 10 lembar  = 10.000  untuk daun
2.000 : 20 lembar = 40.000 untuk bunga
5.000 : 20 lembar = 100.000 untuk pot, batang/ranting dan kupu-kupu
10.000 : 9 lembar = 90.000 untuk bunga
20.000 : 8 lembar = 160.000 untuk daun panjang
Jadi total mahar cuma 400.000 rupiah. Mudah-mudahan berkesan.
Oh iya  ….  ada ceritanya juga, waktu di tempat orang yang melayani jasa pembuatan pigura, kata ibu yang membuatkan pigura begini “Mbak tadi ada anak muda yang photo maharnya mbak, katanya mau ditiru designnya.”  Aku jawab aja “Iya tho buk, nggak apa2 berarti ini nggak jelek-jelek amat kan ?”

Cara Membuat Miniatur Masjid dari Mukena

Tags
Cara Membuat Miniatur Masjid dari Mukena
Mukena adalah item penting dan wajib ada dalam sederatan daftar seserahan, agar terlihat lebih cantik dan menarik, kita dapat menghias mukena atau perlengkapan sholat ini dengan menghiasnya menjadi beragam bentuk. Salah satunya adalah miniatur masjid. Niscaya mukena hias ini akan terlihat megah dan cantik. 
Berikut cara membuatnya :
1. buat pola seperti digambar dari karton, ukuran lebar, panjang dan tinggi disesuaikan dengan ukuran kotak wadahnya.

2. Buat lingkaran di tengah pola seperti digambar, diameter lingkaran disesuaikan dengan ukuran bola sebagai kubah


3. Setelah itu, rekatkan pola dengan lakban kertas sehingga terbentuk kubus


4. letakkan bola plastik di tengah lobang, lalu kencangkan dengan perekat pada bagian dalam dan luar kotak


5. Jadilah bentuk dasar masjid


6. Untuk membuat menara, gulung karton seperti digambar, tinggi dan lebar, disesuaikan dengan tinggi masjid.


7. Rekatkan dengan lakban kertas sampai kencang


9. Remas-remas dua lembar koran sampai berbentuk bulatan padat, balut dengan lakban coklat




10. Letakkan bulatan koran tadi diatas gulungan karton, dan rekatkan dengan lakban sampai kencang


11. Jadilah Bentuk dasar Miniatur masjid berikut menaranya
Selamat Berkreasi..... :)
Contoh Miniatur Masjid yang sudah jadi :

cara membuat seserahan bentuk binatang

Tags
 cara membuat seserahan bentuk binatang

posting kali ini tentang cara membuat contoh seserahan yang dibentuk kupu-kupu… smoga bermanfaat dan bisa membantu calon2 pengantin yg bingungggg mo menghias seserahannya….. selamat mencobaaaa….
1. siapkan bahan2 :
- karton, kain, pita, mata boneka, koran, tali, flanel, putik bunga
perlengkapan
perlengkapan
2. koran dibentuk untuk badan kupu-kupu & potong bahan karton, untuk membuat sayap kupu-kupu

3. koran yg telah dibentuk lonjong diletakkan di tengah2 kain

4. rapikan lalu ikat

5. bagian badan kupu2 dihias menggunakan pita

6. buat sayap kupu… ikat lalu dipaskan ke badan kupu2

7. sayap kupu-kupu digabungkan ke badan kupu2 memakai jarum pentul

8. potong bahan flanel untuk hiasan kupu2… tempelkan bahan flanel di badan dan sayap kupu-kupu, tempel mata & putik



9. taraaaaalallaaa… jadiii akhirnya kupu2 cantik

Cara Membuat Mahar Uang Bentuk Masjid

Tags
Cara Membuat Mahar Uang dengan Berbagai Bentuk Masjid

Mahar adalah pemberian yang hukumnya wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika akad nikah dilangsungkan. Mahar sering disebut juga dengan maskawin.

mhu_masjid3
Sedemikian penting peran mahar dalam menentukan sahnya pernikahan maka trend terkini bentuk mahar yang dulunya hanya diambil esensi nilai, kini dikesankan dengan hiasan dan penampilan yang spektakuler indah, berkesan dan bernuansa simbolik.
Salah satu mahar yang paling umum selain emas / cincin adalah uang. Dahulu uang pada mahar memberi kesan wibawa dan menunjukkan strata sosial sehingga mahar uang akan bernilai tinggi jika jumlahnya besar. Kini, seiring kondisi ekonomi yang meningkat pesat, didukung dengan kesadaran keagamaan bahwa bukanlah wanita itu lebih sholihah jika diberikan mahar yang mahal, justru semakin kecil jumlah mahar secara nilai menunjukkan tingginya kesholehan seorang wanita.

Kini jumlah uang dalam mahar uang umumnya dibuat simbolik misalnya symbol tanggal dan bulan pernikahan, tanggal dan tahun lahir kedua mempelai berdua dan sebagainya. Misalnya mempelai menikah pada tanggal 23 agustus 2012, maka jumlah uang untuk mahar sebesar 145,000 “Seratus empat puluh lima ribu Rupiah”. Jumlah ini agar memberi kesan panjang dan indah, maka uang sejumlah itu disusun sedemikian sehingga membentuk seperti masjid untuk hiasan rumah tangga baru dengan harapan mulai tanggal akad nikah terjadi, keluarga baru dikaruniai rizki yang melimpah, berkah dibawah naungan ibadah yang disimbulkan dengan gambar masjid.
Teknis Membuat Mahar Bentuk Masjid
  1. Semakin banyak jumlah uang, maka semakin dapat dibuat masjid dengan bentuk komplek dan menarik, semakin sedikit maka gambar masjid akan semakin sederhana.
  2. Lebih cantik dan indah membuat desain masjid dengan uang kertas dari pada uang logam, hanya saja jika menggunakan uang logam, masjid yang dibuat bisa tampak lebih klasik.
  3. Jika uang kertas jumlahnya banyak, maka bentuk susunan uang adalah digulung kecil-kecil sebelum ditata. Jika jumlahnya sedikit maka di lilipat dengan ukurang agak besar.
  4. Desain terlebih dahulu masjidnya dengan maket sederhana di tempat pigura dengan ukuran yang direncanakan.
  5. Pisahkan uang berdasarkan kelompok jumlah / warna.
  6. Susun uang pada maket yang sudah didesain sehingga susunan telah membentuk masjid yang cantik dan menarik.
  7. Jika dirasa cukup, maka tempelkan uang secara permanent menggunakan slotip bening dibagian atas dan bawah dengan kuat “kencang”.
  8. Beri ornament dan hiasan disekitar masjid seperlunya, jangan terlalu rame dan fokuskan terhadap masjid agar tampak pandangan utamanya adalah ke masjid.

Selamat mencoba, mudah2an bermanfaat.

Rabu, 18 Juli 2012

Hukum Dan Keutamaan Lailatul Qodar

Tags


Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah semata, yang tidak memiliki sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Salawat dan salam serta berkah senantiasa tercurah kepada Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun selanjutnya:
Pada kehidupan setiap umat terdapat kejadian yang selalu dikenang, hari-hari baik yang membuat hati tertambat dan jiwa menjadi kelu. Sesungguhnya umat ini telah dimuliakan dengan kejadian-kejadian besar, hari-hari dan malam-malam yang sempurna.
Di antara nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada umat ini adalah malam yang disifati sebagai malam penuh berkah karena banyaknya keberkahan, kebaikan dan keutamaan. Ia adalah malam Lailatul Qodr. Ia memiliki kedudukan yang agung, padanya terdapat kemuliaan dan pahala yang berlebih.
Pada malam itu Allah turunkan al-Quran. Allah -subhanahu wata'âla- berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qodr), dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu?"  (QS.al-Qodar: 1-2)
Firman-Nya pula:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan."  (QS. Ad-Dukhân: 3)
Malam ini terdapat pada bulan Ramadhan yang penuh berkah dan bukan pada bulan yang lain. Allah -ta'âla- berfirman:
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran..."  (QS. Al-Baqarah: 185)
Malam ini dinamakan malam Lailatul Qodr karena Allah mengqadar (menentukan) rizki dan ajal, seluruh kejadian alam, menentukan siapa yang hidup dan mati, yang selamat dan yang celaka, yang bahagia dan yang sengsara, yang kaya dan melarat, yang mulia dan yang terhina, musim kemarau dan musim panen serta segala yang Allah inginkan pada tahun itu, kemudian mengabarkannya kepada malaikat untuk merealisasikannya, sebagaimana firman Allah -ta'âla-:
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah."  (QS. Ad-Dukhân: 4)
Itu adalah takdir tahunan dan takdir khusus. Adapun takdir umum, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi telah lebih dulu ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits sahih.
Allah telah menyitir kemuliaan malam ini dan menunjukkan keagungannya. Allah -azzawajalla- berfirman:
"Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu? Malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu lebih baik dari seribu bulan."  (QS.al-Qadr: 2-3)
Siapa yang ibadahnya di waktu itu diterima, menyamai ibadah selama 1000 tahun, setara kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini adalah pahala yang besar, dan balasan yang agung atas amal yang ringan dan sedikit.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
"Siapa yang shalat pada malam lailatul Qodr dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu."   [HR. Al-Bukhari di dalam sahihnya no. 1901]
Menghidupkan malamnya karena percaya dengan janji pahala dan mengharap balasan, bukan karena hal lain. Penentunya adalah kesungguhan dan ikhlas, sama saja mengetahuinya atau tidak mengetahuinya.
Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudaraku yang mulia untuk shalat dan berdoa pada malam itu. Sesungguhnya ia merupakan malam yang berbeda dari malam lain sepanjang tahun. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya, waspadai kelezatan tidur dan kesenangan hidup.
Adapun waktu dan persisnya, terdapat berita dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- ia adalah malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam Ramadhan.
Imam Syafi’i -rahimahullah- berkata:
"Menurutku –wallahu a’lam- bahwa Nabi -shalallahu alaihi wasallam- menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Ketika ditanyakan kepadanya: 'Apakah kita menantikannya pada malam demikian?' Beliau menjawab: 'Nantikanlah pada malam demikian'." [1]
Ulama berbeda pendapat dalam menentukan malam Lailatul Qodr hingga terdapat 40 pendapat. Hal itu disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bâri. Pendapat tersebut sebagiannya lemah, sebagian lagi ganjil dan sebagian lagi batil.
Yang sahih dalam hal ini adalah hari-hari ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29 sebagaimana hadits Aisyah -radiallahu'anha-, dia berkata:
“Dahulu Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menantikan Lailatul Qodr pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dan bersabda:
"Upayakan malam Lailatul Qodr pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan."
[HR. Al-Bukhari no. 2017]
Bilamana seseorang lelah dan melemah kesungguhannya, hendaknya mengupayakannya pada tujuh hari ganjil  terakhir, 25, 27, 29 sebagaimana hadits Abdullah Ibn Umar -radiallahu'anhu- bahwa Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
“Nantikanlah Lailatul Qodr pada sepuluh hari terakhir, jika lemah dan tidak sanggup, jangan terluput 7 hari yang tersisa."
[HR Muslim no.2822 dan Ahmad II/44,75]
Dengan perincian ini hadits-hadits tersebut menjadi saling mendukung dan tidak bertentangan. Yang lebih dekat kepada dalil bahwa malam Lailatul Qodr berpindah-pindah, tidak tetap pada satu malam tertentu setiap tahunnya. Sekali waktu terjadi pada malam 21, pada waktu lain 23, 25, 27, 29, dan tidak dapat dipastikan. Pembuat syariat yang Maha Bijaksana telah merahasiakan waktunya agar kita tidak hanya bergantung pada malam tertentu saja dan meninggalkan amal serta ibadah pada sisa malam-malam Ramadhan yang lain. Dengan demikian dihasilkan kesungguhan pada seluruh malam hingga dia mendapatkan malam itu.
Yang benar adalah bahwa tidak disyaratkan mendapatkan malam itu dengan melihat atau mendengar sesuatu. Tidak musti mereka yang mendapatkannya tidak akan mendapat pahala hingga menyaksikan segala sesuatu bersujud, atau melihat cahaya, atau mendengar ucapan salam, atau bisikan dari malaikat. Tidak benar bahwa malam Lailatul Qodr tidak didapat kecuali jika melihat hal-hal di luar kewajaran, akan tetapi keutamaan Allah itu luas.
Tidak benar juga siapa yang tidak mendapatkan tanda-tanda Lailatul Qodr berarti dia tidak mendapatkannya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- tidak membatasi alamatnya dan tidak menafikan karomah.
Ibnu Taimiyah berkata:
“Terkadang Allah memperlihatkan kepada sebagian manusia dalam tidur atau dengan sadar sehingga dia melihat cahayanya, atau mendengar ada yang berbicara kepadanya bahwa malam itu adalah Lailatul Qodar. Terkadang dibukakan hatinya menyaksikan apa-apa yang menjelaskan terjadinya malam itu.”
An-Nawawi berkata:
“Sesungguhnya dia diperlihatkan. Allah telah memperlihatkan kepada siapa saja dari bani Adam dengan kehendak-Nya setiap tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana diperlihatkan kejadian-kejadian dan dikhabarkan oleh orang-orang saleh tentangnya. Kesaksian mereka yang telah melihatnya tidak sedikit. Adapun perkataan al-Qodhi Iyadh dari al-Muhlib Ibn Abi Shofroh:
"Tidak mungkin melihatnya secara hakiki"
Merupakan kekeliruan pendapat yang buruk,, aku mengingatkan hal ini agar tidak tertipu karenanya."
Al-Hafidz Ibn Hajar menukilkan, bahwa siapa yang melihat malam Lailatul Qodar disukai untuk merahasiakannya dan tidak mengabarkannya kepada seorang pun, hikmahnya bahwa hal itu adalah karomah, dan karomah sepatutnya dirahasiakan tanpa khilaf.
Lailatul Qodr tidak khusus untuk umat ini, akan tetapi umum, untuk umat Muhammad dan umat terdahulu seluruhnya. Dalam hadits Abu Dzar -radiallahu'anhu- dia bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah malam lailatul qodr terjadi ketika ada nabi, dan jika wafat malam itu diangkat (ditiadakan)?"
"Tidak, bahkan ia terjadi sampai hari kiamat." Jawab Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- .
[HR. Ahmad dan selainnya. Dan haditsnya sahih]
Di antara tanda Lailatul Qodr yang bisa diketahui, sebagaimana hadits Ubay Ibn Ka'ab -radiallahu'anhu- bahwa Nabi -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
"Matahari terbit pada pagi malam Lailatul Qodr cahayanya putih tidak terik." [HR. Muslim ]
Maksudnya adalah hal itu terjadi karena banyaknya Malaikat pada malam itu yang turun naik ke langit sehingga cahaya terik matahari tertutupi oleh sayap-sayap dan tubuh mereka." –selesai perkataannya-
Adapun tanda-tanda lain, tidak ada hadits sahih yang menetapkannya, seperti: malam yang tenang, tidak panas dan tidak dingin, bintang tidak terlihat atau setan tidak sanggup keluar dengan terbitnya matahari di hari itu.
Terdapat tanda yang tidak ada dasarnya sama sekali dan tidak sahih, seperti: pohon yang bersujud ke bumi kemudian kembali posisinya semula, air asin akan berubah menjadi manis, anjing tidak menggonggong dan cahaya ada di mana-mana.
Malam Lailatul Qodar tidak khusus bagi mereka yang sedang shalat saja, tetapi juga bagi wanita yang sedang nifas dan haid, musafir dan mukim. Dhohak –-rahimahullah- berkata:
"Mereka semua memiliki bagian pada malam Lailatul Qodr. Siapa saja yang diterima amalannya akan Allah beri dia bagiannya dari malam Lailatul Qodr itu."
Hendaknya seseorang itu menyibukkan kebanyakan waktunya dengan doa dan shalat. Imam Syafi'i -rahimahullah- berkata:
"Disukai memulai kesungguhannya di siang hari seperti kesungguhannya di malam hari."
Sufyan ats-Tsauri -rahimahullah- berkata:
"Berdoa pada malam hari lebih aku sukai dari shalat, dan doa di malam Lailatul Qodr masyhur dan terkenal di antara para sahabat. Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudara dan saudariku yang mulia untuk memilih doa-doa simpel yang terdapat di dalam al-Quran, yang dahulu Nabi -shalallahu alaihi wasalam- berdoa dengannya atau menganjurkannya. Perlu kita semua tahu bahwa tidak ada doa khusus pada malam Lailatul Qodr yang tidak dibaca selain ia saja, akan tetapi setiap muslim berdoa dengan yang sesuai keadaannya. Dari doa yang terbaik yang dipanjatkan pada malam yang penuh berkah ini adalah apa yang dikeluarkan oleh an-Nasai dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah dari Aisyah -radiallahu'anha- dia berkata:
"Seandainya aku tahu kapan malam Lailatul Qodr itu, niscaya doa yang banyak aku panjatkan adalah meminta pengampunan dan keafiatan."
Demikianlah setiap muslim berupaya untuk berdoa dengan doa yang jâmiah (simpel) dari doa-doa Nabi -shalallahu alaihi wasalam- yang terekam dalam banyak situasi dan kondisi, yang khusus maupun umum.
An-Nawawi berkata:
"Disukai memperbanyak doa bagi kepentingan kaum muslimin pada malam itu, dan ini adalah syiar orang-orang saleh, dan hamba-hamba-Nya yang mengetahui."
selesai perkataannya-
Demikianlah wahai kaum muslimin, sesungguhnya kalian memiliki saudara-saudara yang tertindas di barat dan di timur dari belahan bumi ini, kalian memiliki saudara-saudara yang mengorbankan diri untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi, janganlah bakhil untuk mendoakan mereka.
Wahai Allah, yang telah menciptakan manusia dan menumbuhkannya, yang menciptakan lisan dan memfungsikannya, wahai Zat yang tiada menolak doa, berilah setiap kami apa yang diharapkannya, dan sampaikan mereka kepada negeri abadi. Wahai Allah, ampuni segala kesalahan kami, tutupi segala kesalahan kami, berilah kelonggaran kepada kami pada hari pertanyaan, berilah manfaat seluruh kaum muslimin dari apa yang telah engkau turunkan dari kitab-Mu, wahai Zat yang Maha Penyayang.
Salawat dan salam tercurah kepada Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya.
___________
Referensi:
1)   Arba'un Darsan Liman Adroka Romadhan, oleh Abdul Malik al-Qossam hal.126.
2)   Al-Mawahib al-Hissan Fi Wadzoif Shahru Ramadhan, oleh Nashir al-Harbi hal. 203-204.
3)   Ithaf Ahlul Iman Bidurûs Shahri Ramadhan, oleh Soleh al-Fauzan hal. 68
4)   Durus Ramadhan, oleh Audah hal.87.
5)   Syarh as-Sodr Bizikri Lailatil Qodr, oleh al-Irâqi hal. 45.
6)   Fathul Bari, oleh Ibnu Hajar IV/319, 333-341.
7)   Shifatus Soum Nabi -shalallahu alaihi wasalam- Fi Ramadhan, oleh al-Hilali dan Ali Hasan hal.686-90.
8)   Majmu al-Fatawa, oleh Ibnu Taimiyah II/286.
9)   Syarh an-Nawawi terhadap kitab Sahih Muslim VI/289 no. 762, VII/314, VIII/312 no.1762, VIII/313
10)    Musnad Ahmad XV/547 no.21391.
11)    Wadzâif Ramadhan, oleh Ibnu Qôsim hal.62,68-69.
12)    Al-Adzkar, oleh an-Nawawi hal.247 no.582.
13)    Ithâful Khibroh, oleh Labushiri III/130-131 no. 2369.
14)    Mawârid adz-Dzomân Ila Zawaid Ibni Hibbân, oleh Lhaitsami III/131 no. 926.
15)    Amalul Yaum wal Lailah, oleh an-Nasai hal.499-500 no.782-878.
16)    Al-'Alwân Syarh al-Bulugh (manuskrip).

[1] Maksudnya: ketika si penanya menyebutkan hari tertentu, Nabi –salallahu alaihi wasalam pun menjawabnya dengan hari yang ditanyakan itu. –pent.

Keutamaan Ramadhan

Tags


ramadan karim - Indonesian ILA
1. Dari Abu Hurairah ra:
كَانَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ يَقُوْلُ: (( قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، كَتَبَ الله عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوِابُ الجَحِيْمِ، وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ )) رواه أحمد والنسائي.
“Rasulullah saw. biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (H.R. Ahmad dan An Nasa’i).

2. Dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
(( أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرُ بَرَكَةٍ، يَغْشَاكُم الله فِيْهِ، فَيُنَزِّلُ الرَّحْمَةَ، وَيَحُطُّ الخَطَايَا، وَيَسْتَجِيْبُ فِيْهِ الدُّعَاءَ، يَنْظُرُ الله إِلَى تَنَافُسِكُمْ فِيْهِ، وَيُبَاهِي بِكُمْ مَلاَئِكَتَهُ، فَأَرُوْا الله مِنْ أَنْفُسِكُمْ خَيْرًا، فَإِنَّ الشَّقِيَّ مَنْ حُرِمَ فِيْهِ رَحْمَةَ الله )) رواه الطبراني ورواته ثقات.
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, mengahapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan Dia membangga-banggakanmu kepada malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang-orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (H.R. Ath Thabrani, dan periwayatnya tsiqah).

3. Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِيْ شِهْرِ رَمَضَانَ خَمْسُ خِصَالٍ لَمْ تُعْطَهَا أُمَّةٌ قَبْلَهَا: خَلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عَنْدَ الله مِنْ رِيْحِ المِسْكِ، وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمْ المَلاَئِكَةُ حَتَّى يُفْطِرُوْا، وَيُزَيِّنُ الله كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ ثُمَّ يَقُوْلُ: يُوْشِكُ عِبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ أَنْ يُلْقَوْا عَنْهُم المُؤْنَةَ وَالأَذَى وَيَصِيْرُ إِلَيْكَ، وَتُصْفَدُ فِيْهِ مَرَدَةُ الجِنِّ فَلاَ يَخْلُصُوْنَ فِيْهِ إِلَى مَا كَانُوْا يَخْلُصُوْنَ إِلَيْهِ فِيْ غَيْرُهُ، وَيُغْفَرُ لَهُمْ فِيْ آخِرِ لَيْلَةٍ )) قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ الله أَهِيَ لَيْلَةُ القَدْرِ؟ قَالَ: (( لاَ، وَلَكِنَّ العَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرُهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ )) رواه أحمد
“Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wajalla setiap hari menghiasai surganya lalu berfirman (kepada surga): “hampir tiba saatnya para hambaku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu.” Pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada umatku ampunan pada akhir malam.” Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah apakah malam itu lailatul Qadar? Jawab beliau: “Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya. (HR. Ahmad).

Senin, 16 Juli 2012

Marhaban Ya Ramadhan

Tags

Marhaban Ya Ramadhan

Assalamu 'Alaikum Wr.Wb...
Mari kita Senantiasa Setting NIAT, Upgrade IMAN,
Download SABAR, Delete DOSA,
Approve MAAF & Hunting PAHALA, ...
Agar Kita Getting GUEST LIST Masuk SURGA-Nya.
Pulang ke kampung SURGA Yuuukkk!!!!
Pakai Mobil JIHAD yang Berbahan Bakar ISTIQOMAH,
Dengan Sopir KEIKHLASAN,
Lewat Jalan IMAN,,
eettt Jangan Lupa bawa Peta QUR"AN & SUNNAH,
juga Bekal TAQWA.....
Semoga kita ketemu disana. Kini Ramadhan akan tiba sebentar lagi, dengan kerendahan hati maafkanlah segala kesalahan.
MARHABAN YA RAMADHAN.
"Allahumma Bariklana fi Rajaba wa Sya'bana Wa Balligna Ramadhan"
Selamat mempersiapkan diri tuk smbut ibadah puasa.
Mari kita kuatkan Iman,
bersama menyongsong Bulan penuh Rahmah, Maghfirah dan Berkah

FASHAHAH

Tags

fashahah

PENGERTIAN FASHAHAH
Fashahah dan Balaghah adalah dua diantara banyak cabang ilmu bahasa Arab, yang menekankan masalah kemahiran memilih kata-kata indah, susunan kalimat yang serasi, sedap di dengar, mudah dimengerti, pendek dan bermakna padat.

الفصاحةُ في اللغةِ تُنْبِئُ عن البيانِ والظهورِ. يقالُ: أفْصَحَ الصَّبيُّ في مَنْطِقِه، إذا بانَ وظَهَرَ كلامُه
Fashahah menurut bahasa adalah: Menampakkan yg jelas dan terang. Sebagaimana dikatakan: anak itu telah FASIH ucapannya, bilamana perkataannya sudah terang dan jelas.

وتَقَعُ في الاصطلاحِ وصْفًا للكلمةِ والكلامِ والمتكلِّمِ
Terjadi menurut istilah balaghah adalah: sifat bagi kalimah (kata), kalam (kalimat) dan mutakallim (pembicara).

Fashahah merarti implementasi makna melalui lafazh-lafazh yang jelas.Fashahah meliputi : 1) Kemudahan pelafalan. 2) Kejelasan makna (tidak gharib). 3) Ketepatan sharaf.

A. Fashahah kalimah harus terhindar dari:

1. Tanaafur Huruf, adalah : sifat bagi kalimah yang memastikan berat di lidah dan sulit mengucapankannya. contoh AZH-ZHASYSYAH sebutan untuk permukaan yg kasar, HU’KHU’ sebutan untuk tumbuh-tumbuhan makanan unta, NUQQAAKH sebutan untuk air tawan yang jernih, MUSTASYZAR sebutan untuk sesuatu yang dipintal

2. Mukhalafah Qias, adalah : keberadaan kalimah yang tidak mengikuti aturan ilmu shorof. contoh jamaknya lafazh BUUQIN menjadi BUUQAATIN didalam contoh perkataan seorang penyair:
fa in yaku ba’dhun-naasi saifan li daulatin ¤ fa fin-naasi BUQAATIN wa thobuulu
jika sebagian orang itu menjadi pedang untuk negara ¤ maka diantara mereka harus ada terompet dan genderang.
karena menurut qias (ilmu shorof), bentuk jamak qillah adalah “ABWAAQUN”. contoh yang lain “MAUDADAH” di dalam perkataan seorang penyair: "inna baniyya lali-aamun zahadah ¤ maa liya fii shuduurihim min MAUDADAH.”
benar-benar keturunanku itu orang yang tidak baik dan tiada berpenganggapan ¤ di hati mereka tidak ada rasa kasih-sayang untukku.
menurut qias (kaidah ilmu shorof) adalah MAWADDAH dengan di-idgham.

3 Gharabah, adalah : Keberadaan kalimah yang tidak jelas maknanya. Misal TAKA’KA-A dengan arti IJTAMA’A (berkumpul), IFRANQA’A dengan arti INSHOROFA (bubar/berpaling), ITHLAKHOMMA dengan arti ISYTADDA (kuat perkasa/gagah).
Contoh perkataan ‘Isa bin Umar an-nahwiy ketika jatuh dari Himarnya, dan orang-orang mengerumuninya:
“Maa lakum TAKA’KA’TUM ‘alayya, kaTAKA’KUIKUM ‘alaa dzii jinnah? IFRANQI’UU ‘anniy…!”
“ada apa kalian berkumpul mengerumuni saya, sebagaimana kalian berkumpul mengerumuni orang gila? Bubar dariku…!”
B. FASHAHAH KALAM
سلامتُه منْ تَنافُرِ الكلماتِ مجتمعةً، ومنْ ضَعْفِ التأليفِ، ومن التعقيدِ، معَ فصاحةِ كلماتِهِ.
Terhindar dari:

1. Tanaafur (kalimaat mujtami’atan)
adalah : sifat di dalam kalam yang memastikan berat di lidah dan sulit mengucapkannya. contoh: - Tanaafur kalimaat mujtami’atan (ketidaksesuaian lafal antara kata-kata yg terkumpul),
في رَفْعِ عرْشِ الشَّرْعِ مثلُكَ يَشْرَعُ = وليسَ قُرْبَ قَبْرِ حَرْبٍ قَبْرُ
Fii ROF’I ‘ARSYIs-SYAR’I mitsluka YUSYRO’ = wa laisa QURBA QOBRI HARBI QOBRU.
Orang sepertimu adalah dia yang bertugas mengangkat tiang layar.Di dekat kuburan Harb itu, tidak ada kuburan lain.
كريمٌ متى أمدَحْهُ أمدحْهُ والوَرَى = معي وإذا ما لُمْتُهُ لُمْتُهُ وَحْدِي
Kariimun mataa AMDAH-HU AMDAH-HU wal waroo # ma’i wa idzaa LUMTUHU LUMTUHU wahdiy.
Dia itu mulia, kapan saja aku memujinya, orang lain juga ikut memujinya. apabila aku mencelanya, aku sendirian yang melakukan itu sementara orang lain tidak
Keterangan:Tanaafur kalimaat mujtami’atan = kumpulan kata minimal dua kata atau lebih yang saling memberatkan antara yang satu dengan yang lainnya dalam pengucapan dan lidah.Fii ROF’I ‘ARSYIs-SYAR’I mitsluka YUSYRO’ = contoh kalam ini tidak fasih karena mengandung tanaafur kalimaat mujtami’atan, dengan mengulang-ulang tiga huruf (RA, ‘AIN, SYIN). RA’ dan ‘AIN pada empat kata (ROF’I-’ARSYI-SYAR’-YUSYRO’) dan SYIN pada tiga kata (‘ARSYI-SYAR’-YUSYRO’) demikian juga untuk contoh lainnya.

2- Dha’fit-ta’liif (doifnya susunan menurut kaidah nahwu),
وضَعْفُ التأليفِ – كونُ الكلامِ غيرَ جارٍ على القانونِ النحويِّ المشهورِ، كالإضمارِ قبلَ الذكْرِ لَفْظًا ورُتْبَةً في قولِ. Dho’fut-ta’liif : adanya kalam yg tidak sesuai dengan kaidah nahwu yang masyhur. Seperti menyebut dhomir sebelum menyebut lafazhnya atau tingkatannya.Contoh syahid syair dalam bahar basith :
جَزَى بنُوهُ أَبَا الغِيلانِ عنْ كِبَرٍ = وحُسْنِ فِعْلٍ كما يُجزَى سِنِمَّارُ
JAZAA BANUUHU ABAL-GHILAANI ‘an kibarin = wa husni fi’lin kamaa yujzaa sinimmaaru.
Putranya (bani abu ghilan) membalas kebaikan Abu Gilan dimasa tuanya, dengan balasan sebagaimana dibalasnya orang yg bernama Sinimmar.
dho’futta’lif pada syair diatas ada pada kalimat ” JAZAA BANUUHU ABAL-GHILAANI” menyebut dhamir pada faa’il yang kembali pada maf’ul yg ada dibelakangnya “lafzhan wa rutbatan”. Demikian ini tidak sesuai dengan kaidah pakem nahwu, sebagimana dalam alfiyah bab faa’il oleh ibnu malik:
وشاع نحو خاف ربه عمر … وشذ نحو زان نوره الشجر
WA SYAA’A NAHWU KHOOFA ROBBAHU ‘UMAR * WASYADDA NAHWU ZAANA NAURUHUS-SYAJAR

3-Ta’qid (kusut/rancu dalam hal pengertian, baik secara lafzhi atau secara ma’nawi). Hal ini beserta fasih kalimah-kalimahnya.
Adanya kalam (kalimat) samar dalam penunjukan makna yang dimaksud.
والخفاءُ إمَّا منْ جهةِ اللفظِ، بسببِ تقديمٍ أوْ تأخيرٍ أوْ فَصْلٍ، ويُسمَّى تعقيدًا لفظِيًّا، كقولِ المتنبِّي:
Kesamaran itu baik dari segi lafazhnya, disebabkan takdim (mengedepankan yg seharusnya dibelakang ), ta’khir (mengakhirkan yg seharusnya didepan), atau fashl (pemisahan). Maka dinamakan ta’kid lafzhiy. Seperti contoh perkataan penyair:
جَفَخَتْ وهم لا يَجْفَخُونَ بها بهم = شِيَمٌ على الحسَبِ الأغَرِّ دلائلُ
JAFAKHAT WA HUM LAA YAJFAKHUUNA BIHAA BIHIM = SYIYAMUN ‘ALAL-HASABIL-AGHARRI DALAAILU.
فإنَّ تقديرَه: جَفَخَتْ بهم شِيَمٌ دلائلُ على الحسَبِ الأغرِّ، وهم لا يَجفخونَ بها.
Karena sesungguhnnya takdirannya adalah:JAFAKHAT BIHIM SYIYAMUN DALAAILU ‘ALAL-HASABIL-AGHARRI WA HUM LAA YAJFAKHUUNA BIHAA.Adat kebiasaan saling menasehati atas leluhurnya yg mulia, membanggakan mereka. Tapi mereka tidak banggakan diri dengan kebiasaan itu.
KETERANGAN:pada syair diatas terdapat FASHL/memisah antar fi’il (JAFAKHAT) dan muta’allaqnya (BIHIM) dengan kalimat sempurna yg mempunyai makna tersediri (WA HUM LAA YAJFAKHUUNA BIHAA).Kemudian terdapat TA’KHIR mengakhirkan lafazh (DALAAILU) dari muta’allaqnya (‘ALAL-HASBIL-AGHARRI) sekaligus terjadi FASHL antara maushuf (SYIYAMUN) dan sifatnya (DALAAILU) dengan muta’alliqnya sifat yang seharusnya ada dibelakang (‘ALAL-HASBIL-AGHARRI).
وإمَّا منْ جهةِ المعنى بسببِ استعمالِ مَجازاتٍ وكِناياتٍ، لا يُفْهَمُ المرادُ بها، ويُسَمَّى تَعقيدًا معنويًّا، نحوُ قولِكَ: (نَشَرَ الْمَلِكُ أَلْسِنَتَه في المدينةِ)، مُريدًا جواسيسَه، والصوابُ:(نَشَرَ عيونَه). وقولِه:
Adapun kesamaran dari segi makna, disebabkan penggunaan majaz atau kinayah yang tidak difahami maksudnya, maka dinamakan ta’kid ma’nawiy. Contoh perkataanmu : ” raja itu menyebarkan ALSINATAHU/LIDAH-LIDAHNYA di kota itu” dengan maksud penyelidik-penyelidiknya. Maka yang benar ” menyebarkan ‘UYUUNAHU/MATA-MATANYA”. Dan sebagaimana dalam syair (bahar thowil):
سَأَطْلُبُ بُعْدَ الدَّارِ عَنْكُمْ لِتَقْرُبُوا * وَتَسْكُبُ عَيْنَايَ الدُّمُوعَ لِتَجْمُدا
SA ATHLUBU BU’DAD-DAARI ‘ANKUM LI TAQRUBUU = WA TASKUBU ‘AINAAYAD-DUMUU’U LI TAJMUDAA.Aku akan mencari rumah yang jauh dari kalian agar kalian dekat di hati. Dan kedua mataku akan menumpahkan habis air matanya agar MEMBEKU (merasakan bahagia karena telah dekatnya hati)
حيث كَنَّى بالجمودِ عن السرورِ، معَ أنَّ الجمودَ يُكَنَّى بهِ عن البُخْلِ وقتَ البكاءِ
dimana dimaksudkan penggunaan kinayah dengan kata “JUMUD/BEKU” untuk mengungkapkan rasa bahagia, padahal sesungguhnya kata “JUMUD/BEKU” adalah kinayah untuk sulitnya air mata mengalir di saat sedang menangis.

C. Fashohan Mutakallim (pembicara) :
adalah malakah (bakat sang pembicara) yang mampu menuangkan maksud dengan kalimat fashih, dalam situasi sasaran yang bagaimana pun.
Setiap kalimat yang baliigh mesti fashiih, namun tidaklah kalimat yang fashiih itu selalu baliigh.Al-Mas'udiy meriwayatkan, bahwa lebih dari 480 khutbah yang diucapkan oleh Imam Ali r.a. tanpa dipersiapkan lebih dahulu, dihafal oleh banyak orang. Syarif Ar-Ridha mengatakan dalam kitab "Khutbah Nahjul Balaghah", bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib adalah pencipta dan pengajar ilmu Fashahah dan juga merupakan orang yang mengeluarkan ilmu Balaghah. Dari dialah munculnya aturan-aturan ilmu tersebut dan dari dia juga orang mengambil kaidah-kaidah dan hukum-hukumnya. Tiap orang yang berbicara sebagai khatib, pasti mengambil pepatah atau kata-kata mutiara dari dia, dan tiap orang yang pandai mengingatkan orang lain pasti mencari bantuan dengan jalan mengutip kata-kata Imam Ali. Demikian kata Syarif Ar-Ridha. Tentang hal itu Muawiyah sendiri juga terpaksa harus mengakui keunggulan lawannya, ketika ia berkata terus terang lepada Abu Mihfan: "Seandainya semua mulut dijadikan satu, Belum juga ada orang Qureisy yang cakap berbicara seperti dia". Banyak sekali ungkapan dan kata-kata mutiara Imam Ali r.a. tercamtum dalam kitab "Nahjul Balaghah", yang dibelakang hari diuraikan oleh Ibnu Abil Hadid dalam bukunya "Syarah Nahjil Balaghah", yang terdiri dari 20 jilid. Buku "Nahjul Balaghah" kiranya cukuplah menjadi bukti, bahwa dalam hal menyusun kalimat dan memilih kata-kata bermutu, memang tidak ada orang lain yang menyamai atau melebihi Imam Ali r.a. selain Rasul Allah s.a.w. sendiri. Salah satu contoh ialah kata-katanya: "Tiap wadah bila diisi menyempit kecuali wadah ilmu, ia bahkan makin bertambah luas". Dalam kitab "Al-Bayan wat Tabyin", Al-Jahidz mengetengahkan ucapan Imam Ali r.a. yang mengatakan: "Nilai seseorang ahila perbuatan baiknya". Dalam memberikan tanggapan terhadap ucapan Imam Ali r.a. tersebut, Ibnu Aisyah mengatkan: "Selain kalam Allah dan Rasul-Nya, aku tidak pernah menemukan sebuah kalimat yang lebih padat maknanya dan lebih umum kemamfaatannya dibanding dengan ucapan-ucapan Imam Ali".

Adawatun Nafii (أَدَوَاتُ النَّفْيِ

Tags
Negasi = Adawatun Nafii (أَدَوَاتُ النَّفْيِ) meliputi tidak, bukan, dan jangan.
Daftar Isi
1. Laisa (لَيْسَ)
2. Laata (لاتَ)
3. Laa (لا)
4. Ghoiru (غَيْرُ)
5. Maa (مَا) dan In (إِنْ)
6. Lam (لَمْ) dan Lammaa (لَمَّا)
7. Lan (لَنْ)
8. Negasi+Illaa (إِلاَّ) dan Abaa Illaa (أَبَىْ إِلاَّ)
Laisa (لَيْسَ)
  • Umumnya dipakai untuk jumlah ismiyyah (dan mubtadak khobar), tapi kadang dipakai untuk jumlah fi’liyyah.
  • Laisa HANYA dipakai untuk kalimat imperfective yang bukan future tense, dan akan tetap bermakna imperfective, meskipun laisa itu sendiri adalah bentuk perfective.
  • Laisa SELALU ditaruh sebelum fi’l ataupun khobar, tapi kadang di jumlah ismiyyah laisa ditaruh sebelum subjek dan itu akan memicu ambigu (atau sengaja agar ambigu) karena yang dinegasikan bisa fi’lnya atau subjeknya.
  • Laisa adalah af’aalun naqishoh, HARUS punya kata keterangan yang nashob.
  • Laisa dalam Akhruful Mu-syabbahatu Bil Fi’l SELALU terletak setelah Ism Harfil Mu-syabbahi Bil Fi’l. Kata “La” dalam bentuk “Inna+La” harus dihapus kalau ada Laisa.
  • Penambahan preposisi “bi” menunjukkan bahwa objeknya adalah objek tak langsung.
  • Laisa adalah kata kerja perfective yang tergolong mu’talul ajwaaf, sehingga harus bertransformasi sesuai subjeknya:
    • Lastu (لَسْتُ) = I’m not
    • Lasnaa (لَسْنَا) = We’re not
    • Lasta (لَسْتَ) = You’re not
    • Lasti (لَسْتِ) = You’re not (female)
    • Lastumaa (لَسْتُمَا) = Both of you’re not
    • Lastum (لَسْتُمْ) = All of you’re not
    • Lastunna (لَسْتُنَّ) = All of you’re not (female)
    • Laisa (لَيْسَ) = He’s not
    • Laisat (لَيْسَتْ) = She’s not
    • Laisaa (لَيْسَا) = Both of them are not
    • Laisataa (لَيْسَتَا) = Both of her are not
    • Laisuu (لَيْسُوْا) = They’re not
    • Lasna (لَسْنَ) = They’re not (female)
Contoh:
  • Al waladu yaqro-u kitaabahu (الْوَلَدُ يَقْرَأُ كِتَابَهُ) = THE BOY reads his book.
  • Yaqro-ul waladu kitaabahu (يَقْرَأُ الْوَلَدُ كِتَابَهُ) = The boy reads his book.
  • Laisal waladu yaqro-u kitaabahu (لَيْسَ الْوَلَدُ يَقْرَأُ كِتَابَهُ) = The boy doesn’t read his book, atau It’s not the boy who read his book.
  • Al waladu laisa yaqro-u kitaabahu (الْوَلَدُ لَيْسَ يَقْرَأُ كِتَابَهُ) = The boy doesn’t read his book. –> bentuk paling umum
  • Laisa yaqro-ul waladu kitaabahu (لَيْسَ يَقْرَأُ الْوَلَدُ كِتَابَهُ) = The boy doesn’t read his book.
  • As-samaa-u shoofiyatun (السَّمَاءُ صَافِيَةٌ) = The sky is clear.
  • As-samaa-u laisat shoofiyatun (الْسَمَاءُ لَيْسَتِ صَافِيَةً) = The sky is not clear.
  • Laisatis samaa-u shoofiyatun (لَيْسَتِ الْسَمَاءُ صَافِيَةً) = The sky is not clear.
  • As-samaa-u laisat shoofiyatan (الْسَمَاءُ لَيْسَتِ صَافِيَةً) = The sky is not clear.
  • As-samaa-u laisat bi shoofiyatin (الْسَمَاءُ لَيْسَتِ بِصَافِيَةٍ) = The sky is not in a clear (state).
  • As-samaa-u laisat bish shoofiyati (الْسَمَاءُ لَيْسَتِ بِالصَّافِيَةِ) = The sky is not in the clear (state).
  • Inna haadzal qoulun ‘ujaabun (إِنَّ هَذَا لَقَوْلٌ عُجَابٌ) = It’s true that this is, certainly, an astonishing saying.
  • Inna haadzaa laisa qoulan ‘ujaaban (إِنَّ هَذَا لَيْسَ قَوْلاً عُجَابًا) = It’s true that this is not an astonishing saying.
  • Inna haadzaa laisa bi qoulin ‘ujaabin (إِنَّ هَذَا لَيْسَ بِقَوْلٍ عُجَابٍ) = It’s true that this is not in (the state of) an astonishing saying.
Laata (لاتَ)
  • Laata adalah partikel, BUKAN af’alun naaqishoh, tapi perlu khobar (nashob)
  • Setelah laata HARUS diikuti dlorof zaman (hari, jam, waktu, dll)
  • Subjek HARUS hilang dan HANYA khobar yang boleh ada
Contoh:
  • Laata saa’ata mandamin (لاتَ سَاعَةَ مَنْدَمٍ) = (This time) isn’t a time of a regret.
  • Wa laata hiina manaa-shin (وَلاتَ حِيْنَ مَنَاصٍ) = (This time) isn’t a time of an escape.
Laa (لا)
  • Laa adalah standar kata untuk negasi, biasanya terletak sebelum kata kerja (imperfective ataupun perfective), bisa diterapkan di jumlah fi’liyyah maupun jumlah ismiyyah, dan SELALU bermakna imperfective (present/future tense).
  • Laa akan berarti “jangan” kalau terletak sebelum kata kerja imperfective dengan imbuhan kata ganti orang kedua (baik mufrod, mu-tsanna, jama’, mu-annats, atau mu-dzakkar), dan laa menjadi partikel jussive sehingga kata kerja tersebut harus punya mood jussive.
  • Laa sebelum subjek, bisa berfungsi sebagai laisa (yaitu khobarnya harus manshub), lalu akan menimbulkan ambigu karena yang dinegatifkan bisa ismnya atau khobarnya, biasanya dipakai untuk pernyataan spesifik.
  • Laa sebelum subjek juga bisa berfungsi seperti inna (yaitu ismnya manshub), dinamakan Laa Nafiyah Fil Jinsi (لا النَّاْفِيَةُ لِلْجِنْسِ), dan biasanya dipakai untuk pernyataan umum.
  • Kalau laa sebelum subjek, maka ism dan khobar harfil musyabbahi bil fi’l keduanya HARUS naqiroh (kalau ismnya manshub, maka ismnya tidak berakhiran tanwin, TAPI tetap naqiroh).
  • Laa… wa laa…, bermakna sama dengan neither… nor…
  • Laa kalau diikuti kata kerja perfective, maka kata kerjanya akan menjadi subjunctive dan bermakna “I wish not that”.
Contoh:
  • Huwa laa ya’rifu syai-an (هُوَ لا يَعْرِفُ شَيْئًا) = He doesn’t know anything.
  • In dzahaba laa yajidu syai-an hunaaka (إِنْ ذَهَبَ لا يَجِدُ شَيْئًا هُنَاكَ) = If he went he won’t find anything there.
  • Laa tas-al (لا تَسْأَلْ) = You don’t ask!
  • Laa ma-thorun haa-thilan (لا مَطَرٌ هَاطِلاً) = It’s not rain that falls (but other thing) ATAU bisa juga berarti: No rain is falling.
  • Laa rojulun fil baiti (لا رَجُلٌ فِيْ الْبَيْتِ) = No man is in the house, ATAU It’s not a man that is in the house.
  • Laa ahada fil baiti (لا أَحَدَ فِيْ الْبَيْتِ) = No one is in the house.
  • Laa ro-aitu wa laa sami’tu (لا رَأَيْتُ وَلا سَمِعْتُ) = Neither did I see nor did I hear.
  • Laa saamahakalloohu (لا سَاْمَحَكَ الْلَّهُ) = May Allah not forgive you.
Ghoiru (غَيْرُ)
Ghoiru adalah ism (bukan lagi partikel) yang berarti “other than”, membuat kata setelahnya HARUS majrur.
Maa (مَا) dan In (إِنْ)
Contoh:
  • Huwa maa ya’rifu syai-an (هُوَ مَاْ يَعْرِفُ شَيْئًا) = Huwa in ya’rifu syai-an (هُوَ إِنْ يَعْرِفُ شَيْئًا) = HE doesn’t know anything.
  • Maa ahadun hunaa (مَا أَحَدٌ هُنَا) = In ahadun hunaa (إِنْ أَحَدٌ هُنَا) = No one is here.
  • Maa haa-dzaa ba-syaron (مَا هَذَا بَشَرًا) = In haa-dzaa ba-syaron (إِنْ هَذَا بَشَرًا) = This is not a human.
  • Maa haa-dzaa bi ba-syarin (مَا هَذَا بِبَشَرٍ) = This is not in (state of) a human.
Lam (لَمْ) dan Lammaa (لَمَّا)
  • Lam dan Lammaa HARUS terletak sebelum kata kerja imperfective yang jussive, dan PASTI bermakna perfective.
  • Lam berarti “didn’t”, Lammaa berarti “haven’t yet”.
  • Kalau lammaa diikuti kata kerja perfective, maka artinya “since that”
  • Dalam Arab modern, lammaa berarti “when/saat”.
Contoh:
  • Al waladu lam yakkul (الْوَلَدُ لَمْ يَأْكُلْ) = Lam yakkulil waladu (لَمْ يَأْكُلِ الْوَلَدُ) = The boy didn’t eat.
  • Al waladu lammaa yakkul (الْوَلَدُ لَمَّا يَأْكُلْ) = Lammaa yakkulil waladu (لَمَّا يَأْكُلِ الْوَلَدُ) = The boy hasn’t eaten yet.
  • Lammaa darosa najaha (لَمَّا دَرَسَ نَجَحَ) = Since that he studied, he passed.
Lan (لَنْ)
  • Lan HARUS terletak sebelum kata kerja imperfective yang subjunctive, dan PASTI bermakna masadepan, yaitu “takkan”.
  • Semua sa- (سَ) ataupun saufa- (سَوْفَ) harus DIHILANGKAN kalau ada Lan, tapi kadang saufa masih boleh diletakkan sebelum kalimat negatif.
Contoh:
  • Salmaa lan tusaafiro ghodan (سَلْمَىْ لَنْ تُسَافِرَ غَدًا) = Saufa lan tusaafiro salmaa ghodan (سَوْفَ لَنْ تُسَافِرَ سَلْمَىْ غَدًا) = Salma won’t travel tomorrow.
Negasi+Illaa (إِلاَّ) dan Abaa Illaa (أَبَىْ إِلاَّ)
Bermakna “tiada… selain…”, berfungsi emphasis/penekanan.
Contoh:
  • Anta malakun (أَنْتَ مَلَكٌ) = You’re an angel; menjadi In anta illaa malakun (إِنْ أَنْتَ إِلاَّ مَلَكٌ) = You’re no(thing) but an angel.
  • Laqod abaa illaa an yad-haba (لَقَدْ أَبَىْ إِلاَّ أَنْ يَذْهَبَ) = Indeed he refused (everything) except that he goes = He insisted to go.
  • Innahu laisa illaa ahmaqon (إِنَّهُ لَيْسَ إِلاَّ أَحْمَقًا) = Innahu ahmaqon laisa illaa (إِنَّهُ أَحْمَقٌ لَيْسَ إِلاَّ) = He’s no(thing) but a fool.
  • Laa ilaaha illallooh (لا إِلَهَ إِلاَّ الْلَّهُ) = No god but Allah.